Rabu, 12 Februari 2014

CIANJUR

Khas Cianjur


Khas Cianjur

Cianjuran
Seni Mamaos Tembang Sunda Cianjuran lahir dari hasil cipta, rasa dan karsa Bupati Cianjur R. Aria Adipati Kusumahningrat atau yang dikenal dengan sebutan Dalem Pancaniti yang menjadi Pupuhu (Pemimpin) tatar Cianjur tahun 1834-1861.

Dengan keluhuran rasa seni Dalem Pancaniti, kesenian tersebut menjadi inspirasi lahirnya suatu karya seni yang sekarang disebut Seni Mamaos Tembang Sunda Cianjuran. Dalam tahap penyempurnaan hasil ciptaannya Dalem Pancaniti dibantu oleh seniman kabupaten yaiti : Rd. Natawiredja, Bapak Aem dan Maing Buleng. Para seniman tersebut mendapat izin dari Dalem Pancaniti untuk menyebarkan lagu-lagu hasil ciptaan Dalem Pancaniti.

Setelah Dalem wafat tahun 1861, Bupati Cianjur dilanjutkan oleh putranya R.A.A. Prawiradiredja II (1861-1910), Seni Mamaos Tembang Sunda Cianjuran aturannya disempurnakan lagi, dengan diiringi oleh kempringan suara kecapi dan gelik suara suling. Sekarang ini Tembang Sunda Cianjuran sudah terkenal bukan saja di Nusantara, tetapi juga ke mancanegara. Untuk melestarikan kesenian tradisional, secara berkala diselenggarakan Pasanggiri Tembang Sunda Cianjuran, baik lokal maupun Regional/Nasional ( Jawa Barat , Banten dan DKI Jakarta ).



Ayam Pelung

Ayam Pelung merupakan ayam peliharaan asal Cianjur, sejenis ayam asli Indonesia dengan tiga sifat genetik. Pertama suara berkokok yang panjang mengalun. Kedua pertumbuhannya cepat. Ketiga postur badan yang besar. Bobot ayam pelung jantan dewasa bisa mencapai 5 - 6 kg dengan tinggi antara 40 sampai 50 cm.

Menurut cerita tahun 1850 di Desa Bunikasih Kecamatan Warungkondang Cianjur ada Kiayi dan Petani bernama H. Djarkasih atau Mama Acih menemukan anak ayam jantan di kebunnya.

Anak ayam yang trundul di bawa pulang dan dipelihara. Pertumbuhan anak ayam tersebut sangat pesat menjadi seekor Ayam Jago bertubuh besar dan tinggi serta suara kokoknya panjang mengalun dan berirama. Ayam jantan itu dinamakan Ayam Pelung dan oleh Mama Acih dikembangkan, dikawinkan dengan ayam betina biasa.

Sekarang Ayam Pelung ini semakin terkenal dan cukup diminati oleh masyarakat umum, wisatawan nusantara dan mancanegara. Seorang Putra Kaisar Jepang pernah berkunjung ke Warungkondang untuk melihat peternakan Ayam Pelung tersebut. Bahkan di Cianjur setiap tahun diselenggarakan kontes Ayam Pelung yang diikuti pemilik dan pemelihara ayam pelung se-Jawa-Barat dan DKI Jakarta. Ayam Pelung terbaik yang menjadi juara kontes bisa mencapai harga jutaan rupiah.
Nama ayam pelung berasal dari bahasa sunda Mawelung atau Melung yang artinya melengkung, karena dalam berkokok menghasilkan bunyi melengkung juga karena ayam pelung memiliki leher yang panjang dalam mengahiri suara / kokokannya dengan posisi melengkung.
Ayam pelung merupakan salah satu jenis ayam lokal indonesia yang mempunyai karakteristik khas, yang secara umum ciri ciri ayam pelumg dapat digambarkan sebagai berikut :
• Badan: Besar dab kokoh (jauh lebih berat / besar dibanding ayam lokal biasa)
• Cakar: Panjang dan besar, berwarna hitam, hijau, kuning atau putih
• Pial: Besar, bulat dan memerah
• Jengger: Besar, tebal dan tegak, sebagian miring dan miring, berwarna merah dan berbentuk tunggal
• Warna bulu: Tidak memiliki pola khas, tapi umumnya campuran merah dan hitam ; kuning dan putih ; dan atau campuran warna hijau mengkilat
• Suara: Berkokok berirama, lebih merdu dan lebih panjang dibanding ayam jenis lainnya.
Budidaya Ayam Pelung
Budidaya yang bertujuan untuk menghasilkan keturunan ayam pelung yang unggul dan baik terus dilakukan secara teliti dan tepat, yang mencakup antara lain : Pemilihan Induk, Pemilihan Pejantan, Teknik pemeliharaan dan kesehatan (sanitasi kandang & vaksinasi berkala). Dengan perkembangan teknologi belakangan ini, kita semua sependapat bahwa ayam pelung harus dikembangkan dan dibididayakan secara maksimal untuk kepentingan kesejahteraan manusia, tetapi dari sisi melestarikan dan mengembangkan ayam pelung dengan tidak harus merusak atau memusnahkan ras pelung yang sudah ada dan terbukti memiliki berbagai keunggulan.
Kontes Dan Bursa Ayam Pelung
Seperti halnya burung perkutut atau burung kicauan lainnya, ayam jago pelung juga dikonteskan yang menitik beratkan kepada alunan suaranya, dan sekarang ini hampir semua aspek sudah mendapat penilaian dalam suatu kontes : kontes suara khusus untuk jago ayam pelung, kontes penampilan, bobot badan dan juga untuk Pelung betina yang meliputi lomba lokal, nasional maupun internasional yang telah diagendakan secara terorganisir pada setiap tahunnya.
Pada kontes Ayam Pelung tersebut selain diadakan lomba tarik suara dan lainnya juga merupakan arena bursa penjualan dari anak ayam sampai ayam dewasa, dari usia 0 s/d 1 bulan (jodoan), usia 3 bulan (sangkal), usia 6 s/d 7 bulan (jajangkar), sampai kepada ayam pelung yang sudah jadi (siap kontes). Dengan demikian lomba/kontes ayam pelung sekaligus merupakan bursa penjualan, promosi dan sosialisasi khusus ayam pelung. Melalui bursa semacam ini para pembeli, penjual dan penggemar merasa puas karena pada umumnya mendapatkan bibit-bibit maupun induk yang berkualitas dan tambahan pengetahuan tentang segala hal mengenai ayam pelung yang cukup memuaskan dari sesama peternak dan penggemar.


Pencak Silat
Sejak dulu Cianjur dikenal dengan Seni Bela Diri Pencak Silat yang menghasilkan berbagai aliran terkenal, antara lain aliran Cikalong, Cimande dan Sabandar.


Pencipta dan penyebar aliran Pencak Silat Cikalong adalah R. Djajaperbata atau dikenal dengan nama R.H. Ibrahim. Aliran ini mempunyai ciri permainan rasa yaitu sensitivitas atau kepekaan rasa yang mampu membaca segala gerak lawan ketika anggota badan saling bersentuhan dan dapat melumpuhkannya. Ciri lain adalah ilmu pukulan (ulin peupeuhan-bahasa sunda) yang mengandalkan kecepatan gerak dan tenaga ledak. R.H. Ibrahim meninggal tahun 1906 dimakamkan di pemakaman keluarga Dalem Cikundul, Cikalong Kulon Cianjur.

Pada era yang sama, di Cianjur muncul tokoh Pencak Silat bernama Muhammad Kosim di Kampung Sabandar Karang Tengah Cianjur dikenal sebagai Mama Sabandar. Salah satu ciri aliran ini ialah kemahiran dalam mengeluarkan tenaga yang dikenal dengan nama Liliwatan.

Dalam perkembangannya, Pencak Silat Cianjur menghasilkan aliran-aliran baru seperti aliran Cikaret, Bojongherang dll. Dalam dunia persilatan, Cianjur banyak menghasilkan tokoh-tokoh antara lain : R. Abah M. Sirod, R. Didi Muhtadi (Gan Didi), R.O. Saleh (Gan Uweh), Abah Aleh, R. Idrus, R. Muhidin dll. Sedangkan tokoh Maenpo (Pencak Silat Peupeuhan) antara lain : Rd. H. Ibrahim, H. Toha, Aa Dai, Wa Acep Tarmidi, Abah Salim, Adung Rais dan yang lainnya.

Manisan

Manisan salah satu ole-ole yang cukup digemari oleh masyarakat luar Cianjur yang singgah di kota Cianjur ini, terbuat dari buah-buahan mentah atau sayuran yang diawetkan dengan bahan pemanis gula pasir yang diberi pewarna untuk menguatkan selera makan, mudah didapat di sepanjang jalan Raya Bandung, atau Dr.Muwardi di sepanjang jalan cugenang serta jalan Cipanas.

Tauco

Tauco yang bahannya dari kacang kedele merupakan makanan khas Cianjur dan dapat di jadikan makanan variatif seperti geco, sambal,tauco atau pecel tauco. Mudah didapat di kota Cianjur dan dijadikan ole-ole bagi masyarakat luar kota Ciajur yang singgah di Cianjur.

Beras

Pendahuluan
Pandanwangi adalah beras khas Cianjur berasal daripadi bulu varietas local. Karena nasinya yang beraroma pandan, maka padi dan beras ini sejak tahun 1973 terkenal dengan sebutan �andanwangi�/p>
Keunggulan Spesifik
Jenis padi varietas lokal Cianjur yang menghasilkan beras Cianjur Asli Pandanwangi termasuk varietas Javonica atau biasa dikenal padi bulu, mempunyai keunggulan rasa sangat enak, pulen dan beraroma wangi pandan.
Karena rasanya sangat khas tersebut maka harga berasnya cukup mahal bias dua kali lipat harga beras biasa.
Deskripsi
Umur tanaman 150 -165 hari, tinggi tanaman 150 �170 cm, untuk gabah (endosperm) bulat / gemuk berperut, bermutu, tahan rontok, berat 1000 butir gabah 300 gr, rasa nasi enak, beraroma pandan, kadar amylase 20% potensi hasil 6 �7 Ton/Ha malai kering pungut.
Kandungan Giji
No Parameter Satuan Hasil
1. Kadar Protein % 8.97
2. Kadar Lemak % 0,32
3. Kadar Gula Pereduksi % 63,39
4. Fe Ppm 4,65
5. Cu Ppm 6,42
6. Kalori Kg/g 14,81
Sumber Institut Pertanian Bogor (IPB) Tahun 2001
Sentra produksi
Varietas unggulan local Pandanwangi cocok ditanam di dataran sedang dengan ketinggian 700 m DPL dan yang paling terkenal dari daerah Kecamatan Warungkondang, Cugenag, Cibeber, Cianjur, Cilaku dan Kecamatan Campaka, uniknya apabila di tanam di luar daerah tersebut rasanya berbeda dan aromanya tidak muncul. Hingga saat ini belum ada kualitas pandanwangi yang dapat menandingi kualitas pandanwangi dari daerah/Kecamatan-Kecamatan tersebut diatas. Hal ini belum ada penelitian secara khusus yang bias menjelaskan fenomena tersebut.
Daerah Sentra Produksi
Kecamatan Kel. Tani (BH) Jumlah Anggota Luas Sawah Tani Pandanwangi Dikomsumsi Dijual (Ton)
Warungkondang 28 2.597 2.985 760 348 5.950
Cibeber 20 818 3.200 315 216 1.864
Cugenang 14 912 2.174 357 468 <>
Cilaku 31 412 2.574 210 143 1.329
Cianjur 14 494 1.206 183 187 901
Campaka 2 40 2.800 15 12 76
Jumlah 78 4.870 14.939 1.876 1.374 11.527

Pemasaran
Beras Cianjur Pandanwangi banyak dijual di took-toko dan kios-kios beras sekitar kota Cianjur, dijajakan dalam berbagai ukuran dimulai dari 5 Kg sampai dengan 25 Kg / kemasan dalam berbagai grid atau kualitas diantaranya beras super, beras kepala I, beras kepala II sesuai dengan permintaan konsumen. Harga dipasaran antara Rp. 9000,00 sampai dengan Rp. 12.000,00 /Kg tergantung dari kualitas.
Kontak bisnis
No Nama Perusahaan Alamat Kapasitas Produksi Ton / Bulan Merk Dagang
1. PB. Sukamulya Kp. Cisurupan Ds. Sukamulya Warungkondang 15 Citra Sawargi Xiang Mi
2. PB. Cibinong Kp. Cibinong RT. 03 / 07 Ds. Ciwalen Warungkondang 5 P. Wangi
3. PB. Pusaka Ds. Bunikash RT. 26 / 07 warungkondang 6 Karya Tirta
4. PB. Wangun RT. 09 / 03 Ds. Bunikasih Warungkondang 6 Karya Tirta
5. PB. Burung Nuri Jl. Raya Seda Maya No. 160 Cibeber (0263) 334448 60 Burung Nuri
Elit Super
6. PB. Sugih Mukti Kp. Songgom RT. 01 / 01 Ds. Cikondang Cibeber (0263) 334400 20 Sugih Mukti
7. PB. Hikmah Jl. Raya Cibeber KM. 13 (0263) 334177, 334277 5 Hikmah
8. CV. Quasindo Jl. Merak No. 25 Semarang 50174 Tlp. 024-3568515 Fax. 024-3581453 E-mail. Quasindo_smg@Yahoo.com
15 Xiang Mi
9. PB. Joglo Cibinong Rancagoong (0263) 265602, 267596 60 Istana Joglo Kepala
10. PB. Budi Asih Jl. Cokroaminoto No. 28 Cianjur (0263) 261483 60 Istana Joglo Kepala
11. PB. Sd. Asih Jl. Babakan Pandan (0263) 266789 60 -
12. PB. OKH Jl. Raya Sukabumi Bayubud 60 -

Cinderamata
Sanggar Bambu


Aneka kerajinan dibuat dari bambu oleh pengrajin di Kota Cianjur seperti tudung saji, nampan, lampu duduk sangat artistik dan unik. Sanggar bambu ini mendapat penghargaan upakarti tahun 1992.
Lentera Gentur

Lentera Gentur dibuat dari kuningan dan bahan kaca berwarna dengan desain yang artistik merupakan salah satu kerajinan rakyat Cianjur yang sudah terkenal, berlokasi di Kecamatan Warungkondang.
Keramik

Kerajinan keramik berlokasi di Kecamatan Ciranjang pada satu sentra produksi dan satu unit usaha oleh lima orang pengrajin. Ruangan rumah akan bertambah anggun dan artistik bila kerajinan ini dipasang secara serasi.
Miniatur Kecapi

Kerajinan Miniatur Kecapi terbuat dari logam atau kayu yang dibuat sesuai dengan aslinya.Alat musik ini biasa digunakan untuk mengiringi tembang Cianjuran termasuk berbagai jenis lagu sunda lainnya.
Sangkar Burung, satu kerajinan yang bernilai ekonomis produktif berlokasi di Kecamatan Karangtengah. Kerajinan Sangkar Burung telah mendapat penghargaan Nasional Upakarti tahun 1994.
Sangkar Burung

BUDAYA BANTEN

Posts filed under ‘Seni & Budaya Banten’


Seba merupakan bagian dari rangkaian aktivitas warga

Baduy yang wajib dilakukan setiap tahun. Prosesnya dimulai dari masa Kawalu (puasa tiga bulan), Ngalaksa (pencacahan penduduk sekaligus mendoakan), dan terakhir Seba. Seba yaitu menemui Bupati Lebak (Bapak Gede) dan Gubernur Banten (Ibu Gede), yang mereka sebut sebagai Bapak Gede.
MASTUR – Leuwidamar

Warga Baduy Sedang Melakukan Seba
Sabtu (17/4) malam, puluhan warga Baduy Dalam sudah berdatangan ke Baduy Luar, tepatnya ke rumah Jaro Dainah di Kampung Kadu Ketug, Desa Kenekes. Mereka membawa hasil bumi yang akan diberikan kepada Bapak Gede dan Ibu Gede.
Selain dari Baduy Dalam, ratusan warga Baduy Luar juga sudah bersiap-siap untuk mengikuti seba. Sampai pagi hari, warga Baduy yang akan mengikuti seba ke Rangkasbitung dan Serang terus berdatangan.
Warga Baduy Luar berangkat dari Ciboleger Minggu (18/4) pukul 10.30. Tercatat sebanyak 605 warga Baduy Luar yang ikut berangkat dari Terminal Ciboleger ke Rangkasbitung. Mereka berangkat menggunakan 15 kendaraan berbagai jenis, seperti elf, truk, pick up, bus, dan kendaraan pribadi. Sedangkan puluhan warga Baduy Dalam sudah berangkat terlebih dahulu dengan berjalan kaki.
“Warga Baduy Dalam berangkat jam lima subuh. Ada 25 orang yang berangkat,” ujar Asep Kurnia, warga Ciboleger, kemarin.
Mereka, kata Asep, berjalan kaki menuju Rangkasbitung. “Hasil bumi yang dibawa dimuat terpisah pada mobil bak terbuka,” kata Asep lagi.
Jaro Dainah di rumahnya mengungkapkan, pada awalnya seba akan dilakukan pada 16 April 2010. Karena kesibukan Bupati Lebak Mulyadi Jayabaya, seba baru dilakukan minggu ini. “Kalau tidak ada Pak Bupati, kami tetap akan menghadap. Terserah siapa yang menerimanya,” kata Jaro Dainah.
Menurutnya, saat ini warga Baduy yang ikut seba tidak banyak dibanding tahun lalu yang mencapai 1.800 orang. Tahun ini sekira 605 orang yang ikut seba. Setiap kampung diwakili antara 5 – 10 orang. Makanya seba tahun ini dinamakan sebagai seba leutik (seba kecil). Warga yang ikut seba ke Bapak Gede sedikit karena hasil panen dalam satu tahun terakhir ini berkurang.
“Ciri lain yang dapat dilihat pada seba leutik adalah kami tidak membawa peralatan dapur untuk diberikan kepada Bapak Gede,” ujarnya.
Perjalanan menuju Rangkasbitung, mobil PS/elf yang ditumpangi warga Baduy saling kejar dengan kecepatan sekira 60 – 70 km/jam. Yang naik di atas elf tidak ketakutan. Mereka terlihat tenang dan menikmati perjalanan. Mereka terdiam hingga sampai tujuan.
Sekira pukul 12.00, beberapa mobil yang membawa warga Baduy Luar memasuki areal Alun-alun Multatuli Rangkasbitung. Mereka langsung bergerombol sambil melihat pemandangan yang jarang mereka nikmati.
Sementara, warag Baduy Dalam yang berjalan kaki, tiba di Rangkasbitung, sekira pukul 13.00 WIB. Mereka beristirahat di Sekretariat Pemkab Lebak.
Tadi malam selepas Isya, seba disambut Bupati Lebak Mulyadi Jayabaya. Mereka menyerahkan laksa (kumpulan hasil bumi dari setiap warga Baduy) kepada Bapak Gede. Hari ini mereka menuju Kota Serang untuk bersilaturahmi dengan Gubernur Banten.
Ayah Mursid, wakil Jaro Tangtu Kampung Cibeo, Desa Kanekes, menuturkan, warga Baduy Dalam dari Cibeo yang berangkat seba sekira 11 orang. Mereka dipimpin langsung Jaro Tangtu Jaro Sami. Sedangkan dari kampung Cikeusik 7 orang tanpa didampingi jaro tangtu, dan dari Kampung Cikartawana didampingi mantan Jaro Tangtu Ayah Nasinah. “Ti kami aya 25 jalma (dari Baduy Dalam ada 25 orang, red),” ungkap Ayah Mursid.
Dia menegaskan, seba bukan merupakan pemberian upeti terhadap pemimpin di Lebak, dan bukan pula bentuk ketundukan terhadap pemerintah. Seba merupakan ritual sakral bagi warga Baduy dan wajib dilakukan setiap satu tahun sekali.
Dalam seba mereka melaporkan kondisi warga Baduy dan menyampaikan berbagai aspirasi masyarakat terkait dengan kondisi alam. Mereka ingin kelestarian alam tetap dijaga. Radar Banten


Atraksi Seni & Budaya Banten

Kesenian DEBUS. (Banten Traditional Martial Art)

Seni bela diri debus pertama kali dikembangkan oleh salah satu sultan banten yang terkenal, yaitu Sultan ageng Tirtayasa. Debus merupakan gabungan dari pertunjukan seni bela diri tradisional dan seni kekebalan tubuh. Pertunjukan ini terdiri dari gembruk yang merupakan penampilan pembuka dengan iringan drum perkusi, lalu kemudian beluk yang disertai teriakan-teriakan melengking dan merupakan puncak dari pertunjukan. Dan yang terakhir adalah pencak yang mempertunjukan seni bela diri tradisional secara berpasangan ataupun sendiri-sendiri.


debus_tusuk_lidah
Kesenian Rampak Bedug.
Rampak bedug adalah kesenian tradisional masyarakat Pandeglang dan sekitarnya. Perangkat peralatan yang digunakan meliputi seperangkat bedg kecil selaku pengatur irama, tempo dan dinamika. Sedangkan bedug besar sebagai bass. sementara melody hanya berasal dari lantunan shalawat yang dilakukan sambil menabuh.

Rampak Bedug
Kesenian Angklung Buhun.
Kata “Buhun” mengandung arti tua atau lama. Kesenian ini sekarang hanya dijumpai pada acara-acara ritual, seperti acara adat seren taun di Cisungsang.

Angklung_Buhun
Kerajinan Tangan / Handicraft.
Provinsi banten memiliki kerajinan khas daerah, yang tersebar di setiap kabupaten kota sperti taman jaya dengan kerajinan kayunya, bumi jaya dengan gerabahnya dan rangkas bitung membuat keajinan batu kalimaya dan onix.

kerajinan_banten

Debus Banten


Debus Banten
Atraksi yang sangat berbahaya tersebut biasa kita kenal dengan sebutan Debus, Konon kesenian bela diri debus berasal dari daerah al Madad. Semakin lama seni bela diri ini makin berkembang dan tumbuh besar disemua kalangan masyarakat banten sebagai seni hiburan untuk masyarakat. Inti pertunjukan masih sangat kental gerakan silat atau beladiri dan penggunaan senjata. Kesenian debus banten ini banyak menggunakan dan memfokuskan di kekebalan seseorang pemain terhadap serangan benda tajam, dan semacam senjata tajam ini disebut dengan debus.
Atraksi yang sangat berbahaya tersebut biasa kita kenal dengan sebutan Debus, Konon kesenian bela diri debus berasal dari daerah al Madad. Semakin lama seni bela diri ini makin berkembang dan tumbuh besar disemua kalangan masyarakat banten sebagai seni hiburan untuk masyarakat. Inti pertunjukan masih sangat kental gerakan silat atau beladiri dan penggunaan senjata. Kesenian debus banten ini banyak menggunakan dan memfokuskan di kekebalan seseorang pemain terhadap serangan benda tajam, dan semacam senjata tajam ini disebut dengan debus.
Kesenian ini tumbuh dan berkembang sejak ratusan tahun yang lalu, bersamaan dengan berkembangnya agama islam di Banten. Pada awalna kesenian ini mempunyai fungsi sebagai penyebaran agama, namun pada masa penjajahan belanda dan pada saat pemerintahan Sultan Agung Tirtayasa. Seni beladiri ini digunakan untuk membangkitkan semangat pejuang dan rakyat banten melawan penjajahan yang dilakukan belanda. Karena pada saat itu kekuatan sangat tidak berimbang, belanda yang mempunyai senjata yang sangat lengkap dan canggih. Terus mendesak pejuang dan rakyat banten, satu satunya senjata yang mereka punya tidak lain adalah warisan leluhur yaitu seni beladiri debus, dan mereka melakukan perlawanan secara gerilya.

Atraksi debus
Debus dalam bahasa Arab yang berarti senjata tajam yang terbuat dari besi, mempunyai ujung yang runcing dan berbentuk sedikit bundar. Dengan alat inilah para pemain debus dilukai, dan biasanya tidak dapat ditembus walaupun debus itu dipukul berkali kali oleh orang lain. Atraksi atraksi kekebalan badan ini merupakan variasi lain yang ada dipertunjukan debus. Antara lain, menusuk perut dengan benda tajam atau tombak, mengiris tubuh dengan golok sampai terluka maupun tanpa luka, makan bara api, memasukkan jarum yang panjang ke lidah, kulit, pipi sampai tembus dan tidak terluka. Mengiris anggota tubuh sampai terluka dan mengeluarkan darah tetapi dapat disembuhkan pada seketika itu juga, menyiram tubuh dengan air keras sampai pakaian yang melekat dibadan hancur, mengunyah beling/serpihan kaca, membakar tubuh. Dan masih banyak lagi atraksi yang mereka lakukan.
Dalam melakukan atraksi ini setiap pemain mempunyai syarat syarat yang berat, sebelum pentas mereka melakukan ritual ritual yang diberikan oleh guru mereka. Biasanya dilakukan 1-2 minggu sebelum ritual dilakukan. Selain itu mereka juga dituntut mempunyai iman yang kuat dan harus yakin dengan ajaran islam. Pantangan bagi pemain debus adalah tidak boleh minum minuman keras, main judi, bermain wanita, atau mencuri. Dan pemain juga harus yakin dan tidak ragu ragu dalam melaksanakan tindakan tersebut, pelanggaran yang dilakukan oleh seorang pemain bisa sangat membahayakan jiwa pemain tersebut.
Menurut beberapa sumber sejarah, debus mempunyai hubungan dengan tarekat didalam ajaran islam. Yang intinya sangat kental dengan filosofi keagamaan, mereka dalam kondisi yang sangat gembira karena bertatap muka dengan tuhannya. Mereka menghantamkan benda tajam ketubuh mereka, tiada daya upaya melainkan karena Allah semata. Kalau Allah tidak mengijinkan golok, parang maupun peluru melukai mereka. Dan mereka tidak akan terluka.
Pada saat ini banyak pendekar debus bermukim di Desa Walantaka, Kecamatan Walantaka, Kabupaten Serang. Yang sangat disayangkan keberadaan debus makin lama kian berkurang, dikarenakan para pemuda lebih suka mencari mata pencaharian yang lain. Dan karena memang atraksi ini juga cukup berbahaya untuk dilakukan, karena tidak jarang banyak pemain debus yang celaka karena kurang latihan maupun ada yang “jahil” dengan pertunjukan yang mereka lakukan. Sehingga semakin lama warisan budaya ini semakin punah. Dahulu kita bisa menyaksikan atraksi debus ini dibanyak wilayah banten, tapi sekarang atraksi debus hanya ada pada saat event – event tertentu. Jadi tidak setiap hari kita dapat melihat atraksi ini. Warisan budaya, yang makin lama makin tergerus oleh perubahan jaman.

SUKU BADUY BANTEN



Orang Kanekes
Orang Kanekes atau orang Baduy adalah suatu kelompok masyarakat adat Sunda di wilayah Kabupaten Lebak, Banten.
“Baduy” merupakan sebutan yang diberikan oleh penduduk luar kepada kelompok masyarakat tersebut, berawal dari sebutan para peneliti Belanda yang agaknya mempersamakan mereka dengan Badawi atau Bedouin Arab yang merupakan masyarakat yang berpindah-pindah (nomaden).
Kemungkinan lain adalah karena adanya Sungai Baduy dan Gunung Baduy yang ada di bagian utara dari wilayah tersebut.
Mereka sendiri lebih suka menyebut diri sebagai urang Kanekes atau “orang Kanekes” sesuai dengan nama wilayah mereka, atau sebutan yang mengacu kepada nama kampung mereka seperti Urang Cibeo (Garna, 1993).

KALIMANTAN BARAT

Kesenian dan Kebudayaan Kalimantan Barat






Kalimantan Barat adalah provinsi  di Indonesia yang terletak di pulau Kalimantan dan beribukotakan Pontianak. Daerah ini berbatasan langsung dengan Sarawak bagian dari negara tetangga yaitu Malaysia. Kalimantan barat disebut sebagai provinsi seribu suangai, karena provinsi ini memiliki banyak sungan kecil dan suangai besar yang digunakan sebagai jalur utama angkutan untuk masuk kepedalaman. Indonesia memang kaya akan berbagai macam suku dan kebudayaan, khususnya provinsi Kalimantan Barat ini.
Sama seperti daerah lainnya yang ada di Indonesia, Kalimantan Barat pun memiliki kesenian dan kebudayaan yang dimiliki oleh daerah ini. Dan kali ini saya akan mencoba untuk membuat artikel mengenai beberapa kesenian dan kebudayaan yang ada di Kalimantan Barat atau Pontianak tersebut.




Kesenian dan Kebudayaan Kalimantan Barat (Pontianak)
Kalimantan Barat memiliki banyak kesenian dan kebudayaan yang beraneka ragam, dan berikut beberapa kesenian dan kebudayaan yang berasal dari daerah tersebut :
Bahasa
Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang secara umum dipakai oleh masyarakat di Kalimantan Barat. Selain itu bahasa penghubung yaitu bahasa Melayu Pontianak, Melayu Sambas dan Bahasa Senganan menurut wilayah penyebarannya



Rumah Adat
Kalimantan Barat memiliki rumah adat yang bernama rumah Betang. Bentuk dan besar rumah Betang berbeda-beda di berbagai tempat. Ada rumah Betang yang panjangnya mencapai 150 meter dan lebar hingga 30 meter. Umumnya rumah Betang di bangun dalam bentuk panggung dengan ketinggian tiga sampai lima meter dari tanah. Tingginya bangunan rumah Betang ini untuk menghindari datangnya banjir pada musim penghujan



Pakaian Adat
Pakaian adat untuk Kalimantan Barat bernama King Baba untuk laki-laki dan King Bibige untuk perempuan. Pakaian tersebut terbuat dari kulit kayu yang diproses hingga menjadi lunak seperti kain. Kulit kayu yang bisa difungsikan sebagai kain untuk membuat cawat, celana, baju, clan selimut itu disebut kapua atau ampuro.



Senjata Tradisional
Senjata tradisional asal Kalimantan Barat bernama Mandau. Mandau sejenis Pedang yang memiliki keunikan tersendiri, dengan ukiran dan kekhasannya. Hulunya terbuat dari tanduk rusa yang diukir, sementara besi bahan Ahpang (Mandau) terbuat dari besi yang ditambang sendiri dan terdiri dari dua jenis, yaitu Bahtuk Nyan yang terkenal keras dan tajam sehingga lalat hinggap pun bisa putus tapi mudah patah dan Umat Motihke yang terkenal lentur, beracun dan tidak berkarat.



Tari Tradisional
Kalimantan Barat memiliki beberapa tari tradisional seperti :
Tari Monong
Tari ini merupakan tari Penyembuhan dan tari ini berfungsi sebagai penolak atau penyembuh atau  penangkal penyakit agar si penderita dapat sembuh kembali penari berlaku seperti dukun dengan jampi-jampi. tarian ini hadir disaat sang dukun sedang dalam keadaan trance atau tidak sadar.



Tari Kinyah Uut Danum
Kinyah Uut Danum, adalah tarian perangyang memperlihatkan kelincahan dankewaspadaan dalam menghadapi musuh



Alat Musik Tradisional
Kalimantan Barat memiliki banyak alat musik khas daerah tersebut, beberapa diantaranya :
Sapek
Sapek merupakan alat musik petik tradisional dari Kapuas hulu dikalangan masyarakat Dayak Kayaan Mendalam kabupaten Kapuas hulu



Gong
Gong atau Agukng, Kollatung (Uut Danum) merupakan alat musik pukul yang terbuat dari kuningan, merupakan alat musik yang multifungsi baik sebagai mas kawin, sebagai dudukan simbol semangat dalam pernikahan. maupun sebagai bahan pembayaran dalam hukum adat.



Tradisi Robo-robo
Tradisi Robo-robo ini di adakan Rabu terakhir bulan Sapar (Hijriah) yang menyimbolkan keberkahan. Menurut cerita, ritus ini merupakan peringatan atau napak tilas kedatangan Pangeran Mas Surya Negara dari Kerajaan Matan (Martapura) ke Kerajaan Mempawah (Pontianak). Robo-robo itu sendiri dimaksudkan sebagai suatu peringatan serangkaian kejadian penting bermula Haulan pada hari Senin malam Selasa terakhir bulan Syafar guna mengenang hari wafatnya Opu Daeng Manambun



Kerajinan Tangan
Masyarakat Kalimantan Barat memiliki keahlian dalam menghasilkan sebuah kerajinan yang khas daerah tersebut, dan beberapa masyarakat Kalimantan bermata percaharian sebagai pembuat kerajinan tangan. Dan kerajinan tangan yang biasa di buat yaitu
Tikar lampit yang terbuat dari rotan



Lalu kerajinan tangan berupa anyaman yang terbuat dari bambu yang menghasilkan tas dan atau keranjang




Sudah dijelaskan beberapa kesenian dan kebudayaan yang ada di daerah Kalimantan Barat. Masih banyak kesenian dan kebudayaan yang ada di daerah tersebut. Untuk mengetahui kesenian dan kebudayaan yang lain bisa kita cari dengan membrowsing internet. Dengan mengetahui kesenian dan kebudayaan yang ada di Indonesia mampu menimbulkan rasa cinta dan bangga akan negri kita ini, karena keaneka ragaman yang ada di negara ini yang membuat kagum. Dan teringat akan semboyan Negara kita yaitu “Bhineka Tunggal Ika” yang memiliki arti berbeda-beda namun tetap satu jua. Artinya walaupun kesenian dan kebudayaan yang ada di Indonesia berbeda-beda tiap daerahnya semua warga Negara Indeonesia bersatu dan tidak menyebabkan semua itu menjadi konflik. Dan sebagai seorang mahasiswa penerus bangsa yang baik alangkah baiknya kita menjaga dan melestarikan kesenian dan kebudayaan yang sudah ada sejak jaman dahulu agar kesenian dan kebudayaan tersebut tidak punah di makan oleh jaman yang makin lama makin maju.

KALIMANTAN TENGAH



Kebudayaan Kalimantan Tengah


SENJATA TRADISIONAL

Mandau

Kalimantan adalah salah satu dari 5 pulau besar yang ada di Indonesia. Sebenarnya pulau ini tidak hanya merupakan “daerah asal” orang Dayak semata karena di sana ada orang Banjar (Kalimantan Selatan) dan orang Melayu. Di kalangan orang Dayak sendiri, satu dengan lainnya menumbuh-kembangkan kebudayaan tersendiri. Namun demikian, satu dengan lainnya mengenal atau memiliki senjata khas Dayak yang disebut sebagai mandau. Dalam kehidupan sehari-hari senjata ini tidak lepas dari pemiliknya. Artinya, kemanapun sang pemilik pergi mandau akan selalu dibawa karena berfungsi sebagai simbol kehormatan atau jati diri.
Zaman dahulu mandau dianggap memiliki unsur magis dan hanya digunakan dalam acara ritual tertentu seperti perang, pengayauan, perlengkapan tarian adat, dan perlengkapan upacara.
Mandau dipercayai memiliki tingkat-tingkat keampuhan atau kesaktian. Kekuatan saktinya itu tidak hanya diperoleh dari proses pembuatannya yang melalui ritual-ritual tertentu, tetapi juga dalam tradisi pengayauan (pemenggalan kepala lawan). Ketika itu (sebelum abad ke-20) semakin banyak orang yang berhasil di-kayau, maka mandau yang digunakannya semakin sakti. Biasanya sebagian rambutnya digunakan untuk menghias gagang mandau. Mereka percaya bahwa orang yang mati karena di-kayau, rohnya akan mendiami mandau tersebut sehingga menjadi sakti. Namun, saat ini fungsi mandau sudah berubah, yaitu sebagai benda seni dan budaya, cinderamata, barang koleksi serta senjata untuk berburu, memangkas semak belukar dan bertani.
Struktur Mandau
1. Bilah Mandau
Bilah mandau terbuat dari lempengan besi yang ditempa berbentuk pipih-panjang seperti parang dan berujung runcing (menyerupai paruh yang bagian atasnya berlekuk datar). Salah satu sisi mata bilahnya diasah tajam, sedangkan sisi lainnya dibiarkan sedikit tebal dan tumpul. Ada beberapa jenis bahan yang dapat digunakan untuk membuat mandau, yaitu besi montallat, besi matikei, dan besi baja yang diambil dari per mobil, bilah gergaji mesin, cakram kendaraan, dan lain sebagainya. Konon, mandau yang paling baik mutunya adalah yang dibuat dari batu gunung yang dilebur khusus sehingga besinya sangat kuat dan tajam serta hiasannya diberi sentuhan emas, perak, atau tembaga. Mandau jenis ini hanya dibuat oleh orang-orang tertentu.
Pembuatan bilah mandau diawali dengan membuat bara api di dalam sebuah tungku untuk memuaikan besi. Kayu yang digunakan untuk membuat bara api adalah kayu ulin karena dapat menghasilkan panas yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis kayu lainnya. Setelah kayu menjadi bara, maka besi yang akan dijadikan bilah mandau ditaruh diatas bara tersebut agar memuai. Kemudian, ditempa menggunakan palu.
Penempaan dilakukan secara berulang-ulang hingga mendapatkan bentuk bilah mandau yang diinginkan. Setelah bilah terbentuk, tahap selanjutnya adalah membuat hiasan berupa lekukan dan gerigi pada mata mandau serta lubang-lubang pada bilah mandau. Konon, banyaknya lubang pada sebuah mandau mewakili banyaknya korban yang pernah kena tebas mandau tersebut. Cara membuat hiasan sama dengan cara membuat bilah mandau, yaitu memuaikan dan menempanya dengan palu berulang-ulang hingga mendapatkan bentuk yang diinginkan. Setelah itu, barulah bilah mandau dihaluskan dengan menggunakan gerinda.
2. Gagang (Hulu Mandau)
Gagang (hulu mandau) terbuat dari tanduk rusa yang diukir menyerupai kepala burung. Seluruh permukaan gagangnya diukir dengan berbagai motif seperti kepala naga, paruh burung, pilin, dan kait. Pada ujung gagang ada pula yang diberi hiasan berupa bulu binatang atau rambut manusia. Bentuk dan ukiran pada gagang mandau ini dapat membedakan tempat asal mandau dibuat, suku, serta status sosial pemiliknya.
3. Sarung Mandau
Sarung mandau (kumpang) biasanya terbuat dari lempengan kayu tipis. Bagian atas dilapisi tulang berbentuk gelang. Bagian tengah dan bawah dililit dengan anyaman rotan sebagai penguat apitan. Sebagai hiasan, biasanya ditempatkan bulu burung baliang, burung tanyaku, manik-manik dan terkadang juga diselipkan jimat. Selain itu, mandau juga dilengkapi dengan sebilah pisau kecil bersarung kulit yang diikat menempel pada sisi sarung dan tali pinggang dari anyaman rotan.
Nilai Budaya
Pembuatan mandau, jika dicermati secara seksama mengandung nilai-nilai yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam kehidupan sehari-hari bagi masyarakat pendukungnya. Nilai-nilai itu antara lain keindahan (seni), ketekunan, ketelitian, dan kesabaran. Nilai keindahan tercermin dari bentuk-bentuk mandau yang dibuat sedemikian rupa, sehingga memancarkan keindahan. Sedangkan, nilai ketekunan, ketelitian, dan kesabaran tercermin dari proses pembuatannya yang memerlukan ketekunan, ketelitian, dan kesabaran. Tanpa nilai-nilai tersebut tidak mungkin akan terwujud sebuah mandau yang indah.

Talawang


Talawang adalah alat yang digunakan oleh suku Dayak untuk  pertahanan diri atau pelindung diri dari serangan musuh.
Talawang dibuat dari bahan kayu yang ringan tetapi kuat. Bentuknya segi enam memanjang dengan ukuran panjang kurang lebih 1 meter dan lebarnya kurang lebih 0,5 meter dengan perkiraan dapat menutupi dada manusia guna menangkis mandau atau tombak musuh apabila terjadi perkelahian dalam perang. Keseluruhan bidang depan talawang biasanya diukir bentuk topeng (hudo), lidah api, dan pilin ganda.
Selain sebagai pelengkap alat pertahanan diri, talawang juga digunakan sebagai pelengkap dalam tari-tarian.

BATAK TOBA

Kebudayaan Batak Toba

BATAK TOBA

Batak Toba adalah sub atau bagian dari suku bangsa Batak yang wilayahnya meliputi Balige, Porsea, Parsoburan, Laguboti, Ajibata, Uluan, Borbor, Lumban Julu, dan sekitarnya. Silindung, Samosir, dan Humbang bukanlah Toba. Karena 4 (empat) sub atau bagian suku bangsa Batak (Silindung_Samosir_Humbang_Toba) memiliki wilayah dan contoh marga yang berbeda. 
Pada Desember 2008, Keresidenan Tapanuli disatukan dalam Provinsi Sumatera Utara. Toba saat ini masuk dalam wilayah Kabupaten Toba Samosir yang beribukota di Balige.
Kabupaten Toba Samosir dibentuk berdasarkan Undang-Undang No 12. Tahun 1998 tentang pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Toba Samosir dan Kabupaten Mandailing Natal, di Daerah Tingkat I Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten Toba Samosir ini merupakan pemekaran dari Daerah Tingkat II Kabupaten Tapanuli Utara.
Image

Marga pada suku Batak Toba

Marga atau nama keluarga adalah bagian nama yang merupakan pertanda dari keluarga mana ia berasal.  Orang Batak selalu memiliki nama Marga/keluarga. Nama / marga ini diperoleh dari garis keturunan ayah (patrilinear) yang selanjutnya akan diteruskan kepada keturunannya secara terus menerus. Dikatakan sebagai marga pada suku bangsa BatakToba ialah marga-marga pada suku bangsa Batak yang berkampung halaman (marbona pasogit) di daerah Toba.  Sonak Malela yang mempunyai 3 (tiga) orang putera dan menurunkan 4 (empat) marga, yaitu:Simangungsong, Marpaung, Napitupulu, dan Pardede, merupakan salah satu cotoh marga pada suku bangsa Batak Toba.

Tarombo atau Silsilah

Silsilah atau Tarombo merupakan suatu hal yang sangat penting bagi orang Batak. Bagi mereka yang tidak mengetahui silsilahnya akan dianggap sebagai orang Batak kesasar (nalilu). Orang Batak diwajibkan mengetahui silsilahnya minimal nenek moyangnya yang menurunkan marganya dan teman semarganya (dongan tubu). Hal ini diperlukan agar mengetahui letak kekerabatannya (partuturanna) dalam suatu klan atau marga.

Falsafah dalam adat batak toba

Falasafah adat batak toba dikenal dengan Dalihan Na Tolu yang terdiri dari:
1.   Somba Marhula-hula 
2.    Manat Mardongan Tubu 
3.    Elek Marboru
  • Hulahula/Mora adalah pihak keluarga dari isteri. Hula-hula ini menempati posisi yang paling dihormati dalam pergaulan dan adat-istiadat Batak (semua sub-suku Batak) sehingga kepada semua orang Batak dipesankan harus hormat kepada Hulahula (Somba marhula-hula).
  • Dongan Tubu/Hahanggi disebut juga Dongan Sabutuha adalah saudara laki-laki satu marga. Arti harfiahnya lahir dari perut yang sama. Mereka ini seperti batang pohon yang saling berdekatan, saling menopang, walaupun karena saking dekatnya kadang-kadang saling gesek. Namun, pertikaian tidak membuat hubungan satu marga bisa terpisah. Diumpamakan seperti air yang dibelah dengan pisau, kendati dibelah tetapi tetap bersatu. Namun demikian kepada semua orang Batak (berbudaya Batak) dipesankan harus bijaksana kepada saudara semarga. Diistilahkan, manat mardongan tubu.
  • Boru/Anak Boru adalah pihak keluarga yang mengambil isteri dari suatu marga (keluarga lain). Boru ini menempati posisi paling rendah sebagai ‘parhobas’ atau pelayan, baik dalam pergaulan sehari-hari maupun (terutama) dalam setiap upacara adat. Namun walaupun berfungsi sebagai pelayan bukan berarti bisa diperlakukan dengan semena-mena. Melainkan pihak boru harus diambil hatinya, dibujuk, diistilahkan: Elek marboru.

Kultur atau Budaya dalam Batak Toba 

1.  Perkawinan
Proses perkawinan dalam adat kebudayaan Batak-Toba menganut hukum eksogami (perkawinan di luar kelompok suku tertentu). Ini terlihat dalam kenyataan bahwa dalam masyarakat Batak-Toba: orang tidak mengambil isteri dari kalangan kelompok marga sendiri (namariboto), perempuan meninggalkan kelompoknya dan pindah ke kelompok suami, dan bersifat patrilineal, dengan tujuan untuk melestarikan galur suami di dalam garis lelaki. Hak tanah, milik, nama, dan jabatan hanya dapat diwarisi oleh garis laki-laki.
Image
Ada 2 (dua) ciri utama perkawinan ideal dalam masyarakat Batak-Toba, yakni (1) Berdasarkan rongkap ni tondi (jodoh) dari kedua mempelai; dan (2) Mengandaikan kedua mempelai memiliki rongkap ni gabe (kebahagiaan, kesejahteraan), dan demikian mereka akan dikaruniai banyak anak.
Berdasarkan jenisnya ritus atau tata cara yang digunakan, perkawinan adat Bata Toba dibagi menjadi 3 (tiga) tingkatan:
1.                   Unjuk: ritus perkawinan yang dilaksanakan berdasarkan semua prosedur adat Batak Dalihan Na Tolu. Inilah yang disebut sebagai tata upacara ritus perkawinan biasa (unjuk);
2.                   Mangadati: ritus perkawinan yang dilaksanakan tidak berdasarkan adat Batak Dalihan Na Tolu, sehingga pasangan yang bersangkutan mangalua atau kawin lari, tetapi ritusnya sendiri dilakukan sebelum pasangan tersebut memiliki anak; dan
3.                   Pasahat sulang-sulang ni pahoppu: ritus perkawinan yang dilakukan di luar adat Batak Dalihan Na Tolu, sehingga pasangan bersangkutan mangalua dan ritusnya diadakan setelah memiliki anak.

Tahapan Perkawinan Adat Batak Toba

Ini adalah tahapan dari perkawaninan adat batak toba:
A. Paranakkon Hata:
1.                   Paranakkon hata artinya menyampaikan pinangan oleh paranak (pihak laki-laki) kepada parboru (pihak perempuan);
2.                   Pihak perempuan langsung memberi jawaban kepada ‘suruhan’ pihak laki-laki pada hari itu juga; dan
3.                   Pihak yang disuruh paranak panakkok hata masing-masing satu orang dongan tubu, boru, dan dongan sahuta.
B. Marhusip
1.                   Marhusip artinya membicarakan prosedur yang harus dilaksanakan oleh pihak paranak sesuai dengan ketentuan adat setempat (ruhut adat di huta i) dan sesuai dengan keinginan parboru (pihak perempuan);
2.                   Pada tahap ini tidak pernah dibicarakan maskawin (sinamot). Yang dibicarakan hanyalah hal-hal yang berhubungan dengan marhata sinamot dan ketentuan lainnya; dan
3.                   Pihak yang disuruh marhusip ialah masing-masing satu orang dongan-tubu, boru-tubu, dan dongan-sahuta.
C. Marhata Sinamot
1.                   Pihak yang ikut marhata sinamot adalah masing-masing 2-3 orang dari dongan-tubu, boru dan dongan-sahuta.
2.                   Mereka tidak membawa makanan apa-apa, kecuali makanan ringan dan minuman.
3.                   Yang dibicarakan hanya mengenai sinamot dan jambar sinamot.
D. Marpudun Saut
Dalam Marpudun saut sudah diputuskan: ketentuan yang pasti mengenai sinamot, ketentuan jambar sinamot kepada si jalo todoan, ketentuan sinamotkepada parjambar na gok, ketentuan sinamot kepada parjambar sinamot, parjuhut, jambar juhut, tempat upacara, tanggal upacara, ketentuan mengenai ulos yang akan digunakan, ketentuan mengenai ulos-ulos kepada pihak paranak, dan ketentuan tentang adat.
Tahapannya sbb.:
1.                   Marpudun saut artinya merealisasikan apa yang dikatakan dalam Paranak Hata, Marhusip, dan marhata sinamot; dan
2.                   Semua yang dibicarakan pada ketiga tingkat pembicaraan sebelumnya dipudun(disimpulkan, dirangkum) menjadi satu untuk selanjutnya disahkan oleh tua-tua adat. Itulah yang dimaksud dengan dipudun saut.
Setelah semua itu diputuskan dan disahkan oleh pihak paranak dan parboru, maka tahap selanjutnya adalah menyerahkan bohi ni sinamot (uang muka maskawin) kepada parboru sesuai dengan yang dibicarakan.setelah bohi ni sinamot sampai kepada parboru, barulah diadakan makan bersama dan padalan jambar (pembagian jambar). Dalam mardipudun saut tidak ada pembicaraan tawarmenawar sinamot, karena langsung diberitahukan kepada hadirin, kemudian parsinabung parboru mengambil alih pembicaraan. Pariban adalah pihak pertama yang diberi kesempatan untuk berbicara, disusul oleh simandokkon, pamarai, dan terkahir oleh Tulang. Setelah selesai pembicaraan dengan si jalo todoan maka keputusan parboru sudah selesai; selanjutnya keputusan itu disampaikan kepada paranak untuk melaksanakan penyerahan bohi ni sinamot dan bohi ni sijalo todoan. Sisanya akan diserahkan pada puncak acara, yakni pada saat upacara perkawinan nanti.).
E. Unjuk
Semua upacara perkawinan (ulaon unjuk) harus dilakukan di halaman pihak perempuan (alaman ni parboru), di mana pun upacara dilangsungkan. Berikut adalah tata geraknya:
1.      Memanggil liat ni Tulang ni boru muli dilanjutkan dengan menentukan tempat duduk.[Mengenai tempat duduk di dalam upacara perkawinan diuraikan dalam Dalihan Na Tolu.
2.      Mempersiapkan makanan,
3.      Paranak memberikan Na Margoar Ni Sipanganon dari parjuhut horbo,
4.      Parboru menyampaikan dengke (ikan, biasanya ikan mas),
5.      Doa makan,
6.      Membagikan Jambar,
7.      Marhata adat – yang terdiri dari [1] tanggapan oleh parsinabung ni paranak, [2] dilanjutkan oleh parsinabung ni parboru, [3] Tanggapan parsinabung ni paranak, [4] tanggapan parsinabung ni parboru,
8.      Pasahat sinamot dan todoan,
9.      Mangulosi, dan
10.   Padalan Olopolop.
F. Tangiang Parujungan
Doa penutut pertanda selesainya upacara perkawinan adat Batak Toba.

2.  Mamaholi

Mamoholi disebut manomu-nomu yang maksudnya adalah menyambut kedatangan (kelahiran) bayi yang dinanti-nantikan itu. Disamping itu juga dikenal istilah lain untuk tradisi ini sebagai mamboan aek ni unte yang secara khusus digunakan bagi kunjungan dari keluarga hula-hula/tulang.
Pada hakikatnya tradisi mamoholi adalah sebuah bentuk nyata dari kehidupan masyarakat Batak tradisional di bona pasogit yang saling bertolong-tolongan (masiurupan). Seorang ibu yang baru melahirkan di kampung halaman, mungkin memerlukan istirahat paling tidak 10 hari sebelum dia mampu mempersiapkan makanannya sendiri. Dia masih harus berbaring di dekat tungku dapur untuk menghangatkan badanya dan disegi lain dia perlu makanan yang cukup bergizi untuk menjamin kelancaran air susu (ASI) bagi bayinya.
Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu, maka saudara-saudara sekampung akan secara bergantian dari hari ke hari berikutnya mempersiapkan makanan bagi si ibu berupa nasi, lauk daging ayam atau ikan (na tinombur), jenis sayuran yang dipercaya membantu menambah produksi ASI (seperti bangun-bangun) dan lain-lain. Selain makanan siap saji, ada juga keluarga-keluarga yang membawa bahan makanan dalam bentuk mentah seperti beras, ayam hidup, ikan hidup dan yang lebih mentah lagi dalam bentuk uang. Sehingga paling sedikit untuk dua atau tiga bulan berikutnya si ibu yang baru melahirkan itu tidak perlu khawatir akan makanan yang ia butuhkan untuk merawat bayinya sebaik-baiknya sampai ia kuat untuk melakukan tugas-tugas kesehariannya.
Kunjungan pihak hulahula/tulang untuk menyatakan sukacita dan rasa syukur mereka atas kelahiran cucu itu adalah sesuatu yang khusus. Mungkin mereka akan datang beberapa hari setelah kelahiran bayi itu dalam rombongan lima atau enam keluarga yang masing-masing mempersiapkan makanan bawaannya, sehingga dapat dibayangkan berapa banyak makanan yang tersedia sekaligus.
Untuk menyambut dan menghormati kunjungan hulahula itu maka tuan rumah pun mengundang seluruh keluarga sekampungnya untuk bersama-sama menikmati makanan yang dibawa oleh rombongan hulahula itu. Setelah makan bersama, anggota rombongan hulahula akan menyampaikan kata-kata doa restu semoga si bayi yang baru lahir itu sehat-sehat, cepat besar dan dikemudian hari juga diikuti oleh adik-adik laki-laki maupun  perempuan.

3.  Kematian

Dalam tradisi Batak, orang yang mati akan mengalami perlakuan khusus, terangkum dalam sebuah upacara adat kematian. Upacara adat kematian tersebut diklasifikasi berdasar usia dan status si mati. Untuk yang mati ketika masih dalam kandungan (mate di bortian) belum mendapatkan perlakuan adat (langsung dikubur tanpa peti mati). Tetapi bila mati ketika masih bayi (mate poso-poso), mati saat anak-anak (mate dakdanak), mati saat remaja (mate bulung), dan mati saat sudah dewasa tapi belum menikah (mate ponggol), keseluruhan kematian tersebut mendapat perlakuan adat : mayatnya ditutupi selembar ulos (kain tenunan khas masyarakat Batak) sebelum dikuburkan. Ulos penutup mayat untuk mate poso-poso berasal dari orang tuanya, sedangkan untuk mate dakdanak dan mate bulungulos dari tulang (saudara laki-laki ibu) si orang mati.
Upacara adat kematian semakin sarat mendapat perlakuan adat apabila orang yang mati:
1. Telah berumah tangga namun belum mempunyai anak (mate di paralang-alangan mate punu),
2. Telah berumah tangga dengan meninggalkan anak-anaknya yang masih kecil (mate mangkar),
3. Telah memiliki anak-anak yang sudah dewasa, bahkan sudah ada yang kawin, namun belum bercucu (mate hatungganeon),
4. Telah memiliki cucu, namun masih ada anaknya yang belum menikah (mate sari matua), dan
5. Telah bercucu tidak harus dari semua anak-anaknya (mate saur matua).
Mate Saurmatua menjadi tingkat tertinggi dari klasifikasi upacara, karena mati saat semua anaknya telah berumah tangga. Memang masih ada tingkat kematian tertinggi diatasnya, yaitu mate saur matua bulung (mati ketika semua anak-anaknya telah berumah tangga, dan telah memberikan tidak hanya cucu, bahkan cicit dari anaknya laki-laki dan dari anaknya perempuan) (Sinaga,1999:37–42). Namun keduanya
dianggap sama sebagai konsep kematian ideal (meninggal dengan tidak memiliki tanggungan anak lagi).

4.  Mangapuli

Kegiatan Mangapuli dalam adat batak adalah memberikan penghiburan kepada keluarga yang sedang berduka cita. Hanya saja Mangapuli tidak dilakukan secara asal-asal, semua ada prosedurnya dan prosedur ini erat hubunganya  dengan adat Batak Toba. Kita dan Pihak Keluarga datang membawa makanan, minuman untuk dimakan bersama-sama di rumah duka. Keluarga yang berduka sama sekali tidak direpotkan dengan makanan namun cukup menyediakan piring-piring, dan air putih saja.
Dan pihak keluarga yang berduka juga biasanya menyampaikan terimakasih kepada orang-orang yang sudah datang memberikan penghiburan (dukungan moril) kepada keluarga yang ditinggalkan yang biasa disebut Mangampu hasuhuton.

Kesenian – kesenian Batak

Image
Image
ImageImage
Itulah sekilas mengenai Kebudayaan Suku Batak Toba..